Rabu, 17 April 2013

8 Kiat Konsumsi Obat Herbal


TULISAN SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 2

NAMA    : ARYA BIRAMA
NPM      : 11210149
KELAS  : 3EA17
DOSEN : SEPITRI DARUYANI

Obat-obatan tradisional berbahan herbal sejak lama menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Alam Nusantara memang sangat kaya akan bahan-bahan herbal, bahkan Indonesia disebut sebagai negara ketiga di dunia yang memiliki keanekaragaman tumbuhan tertinggi di dunia.
Untuk meningkatkan konsumsi obat herbal, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghurfron Mukti sempat mengusulkan agar obat herbal dimasukkan ke dalam salah satu pengobatan yang dijamin dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Namun, obat herbal yang masih diproses secara tradisional atau rumahan belum dapat dipastikan jumlah kandungannya secara tepat, sehingga bisa menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan jika penggunaannya tidak tepat. Untuk mencegah hal tersebut, simak kiat konsumsi obat herbal yang aman menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
1. Jangan mengonsumsi melebihi dosis dan gunakan sesuai aturan yang tertera pada kemasan.
2. Bila terjadi efek yang tidak diinginkan, segera hentikan penggunaan dan hubungi dokter.
3. Informasikan ke dokter yang sedang merawat Anda, karena beberapa bahan dalam obat tradisional dapat berinteraksi dengan obat kimia, sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
4. Jangan mengonsumsi obat tradisional yang mengandung bahan yang diketahui dapat menyebabkan alergi.
5. Hati-hati pada penderita hipertensi, gangguan fungsi jantung, ginjal, dan hati karena ada beberapa bahan yang dapat memperburuk keadaan.
6. Hati-hati jika sedang menjalani diet rendah gula, karena selain mengandung bahan berkhasiat, obat tradisional kadangkala juga mengandung bahan tambahan seperti pemanis.
7. Hati-hati jika sedang hamil atau merencanakan kehamilan, karena beberapa bahan dapat mempengaruhi janin.
8. Hati-hati untuk wanita menyusui karena beberapa bahan dapat dieksresikan melalui air susu ibu yang kemungkinan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada bayi.

Mengapa Sunat Menurunkan Risiko HIV ?


TULISAN SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 2

NAMA    : ARYA BIRAMA
NPM      : 11210149
KELAS  : 3EA17
DOSEN : SEPITRI DARUYANI


Setelah beberapa lama menjadi misteri, akhirnya para ilmuwan berhasil mengungkapkan mengapa sunat pada pria bisa menurunkan risiko penularan HIV.

Dalam studi yang dimuat dalam jurnal mBio, para ilmuwan menjelaskan bahwa perubahan populasi bakteri yang hidup di sekitar penis akibat tindakan sunat menjadi alasan di balik rendahnya risiko tertular HIV.

Menggunakan teknologi teranyar sehingga pengurutan gen dari organisme lebih cepat dan mudah diakses, peneliti melakukan analisis secara mendalam pada gen dari mikroba yang berada di sekitar penis. Sebanyak 156 pria Uganda yang disunat saat dewasa menjadi responden dalam penelitian ini. Mereka memberikan sampel sebelum sunat dan setahun setelahnya.

Meski tak ada perbedaan signifikan pada komunitas bakteri sebelum sunat dan setelahnya, tetapi pada kurun waktu 12 bulan kemudian, pria yang disunat memiliki jumlah bakteri yang bisa bertahan di kondisi beroksigen rendah (anaerob) lebih sedikit dan bakteri yang perlu oksigen (aerob) lebih banyak.

Secara umum, pria yang disunat memiliki jumlah bakteri 33 persen lebih rendah sehingga berpengaruh pada kemampuan tubuh dalam melawan infeksi seperti HIV. 

Jumlah bakteri yang tinggi, seperti pada penis pria yang tidak disunat, akan mengaktifkan sel Langerhans di permukaan kulit. Sel-sel ini juga ditemukan di seluruh permukaan kulit manusia dan normalnya bertindak sebagai lini pertama pertahanan tubuh melawan patogen. 

Dalam kondisi aktif, sel Langerhans ternyata justru mempermudah penularan HIV dengan menarik sel-sel spesifik yang ditargetkan oleh HIV, yakni CD4 dan sel T, kemudian mengikatnya. Sehingga, sel-sel yang sehat justru menjadi sasaran mudah dari HIV. 

"Telah terjadi revolusi pada pemahaman kita akan mikroba. Mikroba sebenarnya sama seperti halnya sistem organ yang lain dan kita baru sampai pada permukaan untuk memahami kaitan antara mikroba dan sistem imun," kata Lance Price, yang melakukan riset ini.

Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa perubahan populasi bakteri di usus, misalnya, berdampak pada risiko obesitas. Studi lain juga menemukan kaitan yang kuat antara komunitas mikroba dan faktor risiko kanker, asma, serta penyakit kronis lainnya.


Sumber : http://health.kompas.com/read/2013/04/18/09460558/Mengapa.Sunat.Menurunkan.Risiko.HIV?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp

Laporan



TULISAN SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 2

NAMA    : ARYA BIRAMA
NPM      : 11210149
KELAS  : 3EA17
DOSEN : SEPITRI DARUYANI



Pengertian Laporan
Dalam laporan yang ditulisnya ia hanya menyampaikan hal-hal yang pokok yang bertalian dengan tugasnya, sehingga orang yang menerima laporan itu segera mengetahui masalahnya, dan dapat segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Laporan adalah suatu cara komunikasi dimana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Karena laporan yang dimaksud sering mengambil bentuk tertulis, maka dapat pula dikatakan bahwa laporan merupakan suatu macam dokumen yang menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil.

Dasar-Dasar Laporan
Sebuah laporan bertolak dari beberapa dasar, yaitu: orang yang memberi laporan, pihak yang menerima laporan, dan sifat dan tujuan umum laporan. Tujuan laporan pada umumnya berkisar pada hal-hal berikut ini: untuk mengatasi suatu masalah, untuk mengambil suatu keputusan yang lebih efektif, mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah, untuk mengadakan pengawasan dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik baru dan sebagainya.

Sifat-Sifat Laporan
Laporan itu harus mengandung imaginasi. Pengertian imaginasi disini meliputi masalah: pelapor harus tahu secara tepat siapa yang akan menerima laporan itu. Laporan yang dibuat harus sempurna dan komplit, berarti tidak boleh ada hal-hal yang diabaikan bila hal-hal itu diperlukan untuk memperkuat kesimpulan dalam laporan itu. Laporan juga harus disajikan secara menarik. Seperti, halnya seorang yang ingin memiliki sesuatu barang, bukan karena barangnya itu yang menariknya tetapi hasil yang akan diperoleh dari barang yang diinginkannya itu.

Macam-Macam Laporan
Laporan-laporan umum, dapat dibagi sesuai dengan bentuk dan maksudnya.
Laporan berbentuk formulir isian
Laporan semacam ini biasanya bersifat rutin, dan seringkali berbentuk angka-angka. Walaupun laporan berbentuk angka-angka bukan merupakan tulisan, namun semua angka itu harus dilakukan dengan secermat-cermatnya.
Laporan berbentuk surat
Laporan yang menngambil bentuk ini tidak banyak berbeda dengan sebuah surat biasa, kecuali bahwa ada sessuatu subyek yang ingin disampaikan agar dapat diketahui oleh penerima laporan.
Laporan berbentuk memorandum
Dalam banyak hal laporan yang berbentuk memorandum (saran, nota, catatan pendek) mirip dengan laporan berbentuk surat, namun biasanya lebih singkat.
Laporan perkembangan dan laporan keadaan
Laporan perkembangan (progress report) pada prinsipnya berbeda dari laporan keadaan (status report). Laporan perkembangan lebih menekankan apa yang sudah terjadi dari permulaan sampai saat laporan itu dibuat, sedangkan laporan keadaan lebih menekankan kondisi yang ada sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang telah dicapai sebelumnya sampai saat laporan itu dibuat.
Laporan berkala
Laporan berkala atau laporan periodik dapat dibedakan dari laporan-laporan lain berdasarkan tujuannya. Laporan semacam ini selalu dibuat dalam jangka waktu tertentu.
Laporan laboratoris
Salah satu tujuan dari laporan laboratoris adalah menyampaikan hasil dari percobaan atau kegiatan yang dilakukan dalam laboratoria. Dalam hal-hal tertentu laporan itu bukan hanya menyajikan hasil kegiatan dilaboratoria, tetapi juga harus menerapkan masalah-masalah khusus bahkan kegiatan-kegiatan yang diingikan.

Laporan formal dan semi-formal
Laporan formal bersifat impersonal dan materinya disajikan dalam suatu pola struktur. Ciri sebuah laporan formal yaitu: halaman judul, surat penyerahan, daftar isi, ikhtisar/abstrak, pendahuluan, isi laporan, kesimpulan, apendiks dan bibliografi. Laporan informal bersifat pribadi dan bentuknya mana suka sesuai dengan keinginan penulis.

Bahasa Sebuah Laporan
Bahasa yang dipergunakan dalam sebuah laporan formal haruslah bahasa yang baik, jelas dan teratur. Yang dimaksud dengan bahasa yang baik tidak perlu berarti bahwa laporan itu harus mempergunakan gaya bahasa yang penuh kiasan. Tetapi sekurang-kurangnya dari segi sintaksis bahasanya teratur, jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain, antara satu kalimat dengan kalimat yang lain.

Laporan Buku
Laporan buku terdiri dari bagian-bagian berikut: judul, pendahuluan (menyangkut surat penyerahan dan pendahuluan), isi laporan, kesimpulan dan saran. Laporan buku tidak hanya berakhir dengan penyajian ringkasan buku, tetapi perlu diakhiri dengan sebuah kesimpulan. Kesimpulan itu berisi penilaian penulis tentang isi buku itu, tentang cara pendekatan persoalannya, cara penyusunannya, bagaimana bahasa yang digunakan, teknis pencetakann dan sebagainya

Penutup
Penutup ada pada bagian akhir dari sebuah laporan selalu disertai penialian tetang baik-buruknya, serta saran-saran untuk mengambil tindakan bila perlu.

PROPOSAL PENELITIAN


TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 2

NAMA    : ARYA BIRAMA
NPM      : 11210149
KELAS  : 3EA17
DOSEN : SEPITRI DARUYANI

ANALISA PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.


Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya.



Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya


B. IDENTIFIKASI MASALAH


Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya : - hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara - terjadinya erosi nilai-nilai budaya, - menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme - hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong - kehilangan kepercayaan diri - gaya hidup kebarat-baratan


C. RUMUSAN MASALAH


Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.


 D. TUJUAN


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah 2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa




                                                                         BAB II 
                                 KERANGKA TEORITIK DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. BATASAN ISTILAH

Dalam pembuatan makalah ini menggunakan istilah-istilah yang sudah dimengerti oleh masyarakat banyak, adapun tujuan dari penggunaan istilah-istilah tersebut yaitu untuk memudahkan pembaca dalam membaca makalah ini.

B. SUDUT PANDANG PENDEKATAN

Sudut pandang yang kami gunakan dalam pembuatan mekalah ini yaitu sudut pandang secara sosiologis dan psikologis yaitu pengaruh globalisasi pada masyarakat umum dan sikap para pemuda dalam menyikapi pengaruh budaya asing.

C. KERANGKA BERPIKIR

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pola paragraf dari umum ke khusus, dengan alasan agar pembaca merasa bingung dalam membaca karena dalam membaca dimulai dari hal-hal yang ringan dulu baru meningkat ke hal-hal yang lebih kompleks.

D. RUMUSAN HIPOTESIS

Adanya globalisasi yang memiliki dampak positif maupun negative, maka perlu adanya tindak lanjut dalam menyikapi globalisasi tersebut. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Menambah porsi pengetahuan tentang kebudayaan bangsa di sekolah-sekolah baik mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi 2. Menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 3. Mengadakan berbagai pertunjukan kubudayaan 4. Membatasi acara-acara yang dapat memunculkan rasa cinta terhadap budaya asing.
                                                                            BAB III 
                                                                     PEMBAHASAN

A. GLOBALISASI DAN BUDAYA

Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita.

Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.

Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.

Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.

B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA

Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.

Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar.

Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.

C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI ; KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia.

Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.

Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.

Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.

Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya.

Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.

Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.

D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah.

Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa.

Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion .

Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian.

Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.

E. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN

Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional.

Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.

Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional.

Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
                                                                         BAB IV
                                                                       PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah. Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing.

Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.

B. SARAN – SARAN

Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu : 1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa 2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya 3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya 4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
                                                                DAFTAR PUSTAKA

1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 2. Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 3. Fuad Hassan. “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. Dalam http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, didownload 7/15/04. 4. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. 5. Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, “Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”, dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load 7/15/04. 6. http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/ 


Sumber : http://konten.detikpertama.com/artikel/contoh-analisa-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaan-daerah

Minggu, 14 April 2013

Orang Sering Marah Meningkatkan Darah Tinggi


Emosi itu bisa menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah memicu darah tinggi.
Demikian diutarakan dr.Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, ahli endokrin metabolik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Jakarta dalam seminar umum Waspadai Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah, di Balai Kartini, Rabu (10/4/2014).
"Saat marah-marah itu tensinya naik. Makanya jangan suka marah," ujarnya. Tri Juli menambahkan selain sering marah, orang yang kedinginan, duduk dengan posisi kaki menyilang dan merokok juga meningkatkan tekanan darah.

Pertolongan pertama jika terkena serangan jantung


Menurut Direktur Utama Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, dr Hananto Andriantoro SpJP(K), setiap hari di RS Jantung Harapan Kita terdapat 800 pasien, dan 40 di antaranya dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD).
Sekitar 6-10 orang ke UGD karena serangan jantung. Penanganan pasien yang terkena serangan jantung, diakui dr Hananto bak berkejar-kejaran dengan malaikat pencabut nyawa. Rumah sakit pun menyediakan layanan yang cepat dan fasilitas lengkap di UGD.
“Kecepatan membuka pembuluh darah harus diukur dengan waktu. Sejak pasien masuk ke UGD sampai dilakukan pembukaan pembuluh darah tidak lebih dari 90 menit,” katanya.
Sementara itu, untuk melakukan pertolongan pertama, Dr Iwan Dakota SpJP, Direktur Umum dan SDM PJNHK, Staf Divisi Vascular Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI menambahkan bahwa pada menit-menit awal terjadi serangan jantung, biasanya akan terjadi irama jantung yang tidak stabil atau denyut jantung melemah.
Irama denyut jantung normal sekitar 60-100 per menit. Tapi ketika terjadi serangan jantung bisa melemah menjadi 20-30 per menit. Jika tidak diberi tindakan, denyut jantung itu bisa berhenti. Salah satu pertolongan sederhana dengan batuk.
“Batuk dapat meningkatkan denyut jantung yang melemah saat terjadi serangan jantung,” ujar Iwan. Selama dalam perjalanan ke rumah sakit, denyut jantung dapat ditingkatkan agar tidak semakin melemah dengan batuk. Pakaiannya juga harus dilonggarkan dan istirahat.

Rabu, 10 April 2013

Tahun Lalu, China Terbanyak Gelar Eksekusi Mati

Sebuah laporan terbaru Amnesti Internasional yang dirilis di London, Rabu (10/4/2013), menyebutkan sepanjang 2012, China menjadi negara yang paling banyak melakukan eksekusi hukuman mati.

Setelah China, negara-negara yang menduduki lima besar adalah Iran, Irak, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. 

Secara umum, Amnesti mengatakan, melihat pertanda bagus tren global untuk mengakhiri hukuman mati. Sebagai contoh, di AS, pada 2012 tercatat sembilan negara bagian melaksanakan eksekusi hukuman mati. Angka ini menurun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 13 negara bagian.

"Data pelaksanaan hukuman mati tahun lalu menunjukkan tren global menuju penghapusan hukuman mati. Hanya satu dari 10 negara di dunia yang masih memberlakukan hukuman mati," kata Amnesti.

Dalam rilis tahunannya ini, Amnesti Internasional mencatat, sepanjang tahun lalu 682 hukuman mati dilaksanakan di 21 negara, lebih banyak dua hukuman mati ketimbang tahun sebelumnya.

Namun, angka yang disampaikan Amnesti tidak mencakup jumlah hukuman mati di China. Negeri itu diyakini menghukum mati jauh lebih banyak terpidana dibanding negara manapun di dunia, namun China menyimpan rapat data-data eksekusi mati di negeri itu.

Para aktivis HAM memperkirakan angka 6.000 hingga 8.000 eksekusi mati setiap tahun. Namun, Amnesti berhenti mempublikasikan perkiraaan jumlah hukuman mati di China sejak 2009 karena minimnya data.

Seorang pakar kriminologi dari Universitas Renmin Beijing, Hao Xingwang, meyakini angka hukuman mati di China akan terus menurun bersamaan dengan terus diperketatnya aturan. Namun, lanjut Hao, dukungan warga untuk pelaksanaan hukuman mati masih kuat.

"Sebagian besar rakyat China meyakini hukuman mati masih diperlukan, namun tidak begitu memahami risikonya. Konsep mata dibayar mata sudah mengakar sejak zaman purba dan butuh waktu lama untuk berubah," ujar Hao.

Iran menempati urutan kedua negara dengan pelaksanaan hukuman mati terbanyak dengan 129 terpidana dieksekusi mati tahun lalu. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibanding 2011 yang 'hanya' 68 orang. Di Iran, sebagian besar terpidana mati yang dieksekusi adalah mereka yang terlibat kasus-kasus terorisme.

Sementara itu, India menjalankan hukuman mati pertamanya sejak 2004 saat mengirim Ajmal Kasab, pria Pakistan yang divonis bertanggung jawab atas serangan Mumbai 2008, ke tiang gantungan pada November lalu. Pada 2012 juga, Pakistan melaksanakan hukuman mati pertamanya sejak 2008.

Sumber : http://internasional.kompas.com/read/2013/04/10/18300779/Tahun.Lalu.China.Terbanyak.Gelar.Eksekusi.Mati

Dokter Punya Spesialisasi Membangkitkan Pasien dari Kematian

Di antara berbagai spesialisasi yang ada di dunia kedokteran, mungkin spesialisasi ini yang paling menyelamatkan nyawa sekaligus paling horor, yaitu resurrection atau membangkitkan orang mati. Ada seorang dokter asal Inggris yang mengkhususkan diri dalam spesialisasi ini.

Sam Parnia MD adalah nama dokter tersebut. Resurrection atau kebangkitan yang dimaksud sebenarnya adalah menggunakan berbagai teknik resusitasi untuk berupaya keras menyelamatkan nyawa pasien yang dinyatakan meninggal. Kabarnya dokter ini bisa meresutitasi pasien yang sudah meninggal selama beberapa jam.

Parnia adalah kepala perawatan intensif di Stony Brook University Hospital, New York. Pasien yang mengalami serangan jantung di rumah sakit tempat Parnia bekerja memiliki 33% kesempatan untuk diselamatkan. Padahal rata-rata rumah sakit di AS hanya memiliki kemungkinan mentok pada 16% atau kurang.

Dengan metode yang menurutnya cukup sederhana, Parnia yakin bisa mengembalikan proses vital dan menyelamatkan 40.000 orang pasien di AS dan mungkin 10.000 orang di Inggris. Maka tidak mengherankan jika Parnia yang belajar di Inggris ini lalu pindah ke Amerika Serikat pada tahun 2005.

"Serangan jantung cukup mudah dikelola. Jika Anda dapat mengatur proses kematian dengan benar, maka Anda masuk, mengambil bekuan, menempatkan stent, jantung akan berfungsi. Hal yang sama bekerja untuk infeksi, pneumonia atau apa pun. Orang yang tidak merespon antibiotik selama beberapa waktu, kita bisa menjaganya beberapa saat sampai merespon," terang Parnia seperti dilansir The Guardian, Rabu (10/4/2013).

Keyakinan Parnia didukung oleh pengalamannya selama 20 tahun menangani unit perawatan intensif. Ia mendapat pelatihan di London ketika telah terjadi banyak kemajuan dalam teknik resusitasi. Misalnya pendinginan mayat untuk memperlambat kerusakan saraf dan pemeliharaan kadar oksigen ke otak.

Parnia menerangkan bahwa kebanyakan dokter akan melakukan CPR selama 20 menit lalu berhenti. Keputusan untuk menghentikan prosedur tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan dokter dan didasarkan naluri bahwa setelah mengalami kerusakan otak, dokter tak ingin melihat pasiennya hidup dengan kondisi lumpuh.

"Tetapi jika Anda memahami semua hal yang ada di dalam otak pada menit-menit tersebut, maka Anda dapat meminimalkan risiko. Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika Anda menerapkan semua langkah resusitasi bersama-sama, Anda tidak hanya mendapat 2 kali lipat tingkat kelangsungan hidup, tetapi orang-orang tersebut tidak mengalami kerusakan otak," jelasnya.

Untuk meresusitasi dengan baik, Parnia mengakui bahwa penggunaan mesin jauh lebih baik daripada CPR yang dilakukan dokter. Langkah berikutnya adalah meningkatkan perawatan, yaitu dengan mendinginkan tubuh untuk menjaga sel-sel otak yang saat itu dalam proses apoptosis atau bunuh diri.

Pada saat yang sama, perlu menjaga tingkat oksigen dalam darah. Praktek seperti ini sudah menjadi standar ruang gawat darurat di Jepang. Menggunakan teknik yang disebut ECMO, darah pasien yang dinyatakan meninggal akan disedot keluar dari tubuh lalu dimasukkan melalui membran oxygenator dan dipompa lagi.

Metode ini dapat memberikan waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki masalah mendasar yang menyebabkan kematian pasien. Jika tingkat oksigen ke otak turun hingga di bawah 45% dari normal, jantung tidak akan bisa berdetak lagi. Maka Parnia berupaya agar hal tersebut tidak terjadi.

Dengan cara ini, Parnia dapat memperpanjang proses kematian. Pasien yang terlama pernah ia tangani, dalam artian paling lama setelah dinyatakan meninggal oleh dokter, adalah seorang seorang gadis Jepang yang dinyatakan mati selama lebih dari 3 jam. Gadis tersebut berhasil dibangkitkan setelah 6 jam dan bisa hidup normal, bahkan kabarnya kini sudah memiliki bayi.

Sumber : http://health.detik.com/read/2013/04/10/170617/2216834/763/dokter-ini-punya-spesialisasi-membangkitkan-pasien-dari-kematian?991104topnews